Kamis, 24 November 2011

HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT - KLIEN


HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT - KLIEN
DI SAMPAIKAN OLEH : Ns. Sri Supami, SPd, Skep, Mkes.
PENGERTIAN
Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu : Relationship adalah proses interpersonal antara dua atau lebih orang. Pada keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting yang bervariasi dan membagi bermacam pengalaman.
BENTUK HUBUNGAN TERAPEUTIK SECARA UMUM
a.       Hubungan sosial
Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti berbagi ide, perasaan dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang, dan membantu pekerjaan.
b.      Hubungan Intim
Terjadi antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan.
c.       Hubungan Terapeutik
hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien, pengalaman, dan perasaan klien.
perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara periodik terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat serta keterampilan koping baru mungkin dikembangkan.
King cit. Varcarolis (1990)
Empat tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien :
1)      Tindakan diawali oleh perawat
2)      Respon reaksi dari klien
3)      Interaksi di mana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4)      Transaksi di mana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan.
Tujuan Hubungan Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi :
a.       Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
b.      Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
c.       Kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
d.      Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik, Dalam membina hubungan teraputik (berinteraksi ), (Stuart dan Sundeen, dalam Christina dkk) :
1.      Fase PraInteraksi
a.       Evaluasi Diri
b.      Penetapan tahapan hubungan / interaksi
c.       Rencana tindakan
2.      Fase Perkenalan/Orientasi
  1. Memberi salam
  2. Memperkenalkan diri perawat
  3. Menannyakan nama klien
  4. Menyepakati pertemuan (kontrak)
  5. Menghadapi kontrak
  6. Memulai percakapan awal
  7. Menyepakati masalah awal
  8. Mengakhiri perkenalan
3.      Fase Orientasi
  1. Memberi salam
  2. Memvalidasi keadaan klien
  3. Mengingat kontrak
4.      Fase Kerja
  1. Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, perilakunya, perasaannya, pikirannya.
  2. Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi.
  3. Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.
  4. Melaksanakan pendidikan kesehatan
  5. Melaksanakan kolaborasi.
  6. Melaksanakan observasi dan monitoring.
5.      Fase Terminasi
  1. Terminasi Sementara
1)      Evaluasi hasil
2)      Tindak lanjut
3)      Kontrak yang akan datang
  1. Terminasi Akhir
1)      Evaluasi hasil
2)      Tindak lanjut
3)      Kontrakyang akan datang
Ringkasan tugas utama perawat dalam tiap tahap dari proses hubungan terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1995)
Fase
Tugas
Prainterkasi







Orientasi









Kerja





Terminasi
ü  Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri.
ü  Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan.
ü  Mengumpulkan data tentang klien jika mungkin.
ü  Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien.

ü  Menentukan mengapa klien mencari pertolongan.
ü  Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka.
ü  Membuat kontrak, timbal balik.
ü  Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan.
ü  Mengidentifikasikan masalah klien.
ü  Mengidentifikasikan tujuan dengan klien.

ü  Mengeksplorasi  stressor yang sesuai/relevan
ü  Mendorong perkembangan insight klien dan penggunaan mekanisme koping konstruktif
ü  Menangani tingkah laku yang dipertahankan oleh klien/resistence

ü  Menyediakan ralitas perpisahan
ü  Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian tujuan.
ü  Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan, kehilangan, sedih dan marah juga tingkah laku yang berkaitan


































Dimensi Respon
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 :
1.      Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh :
  1. Kepercayaan diri
  2. Persepsi terhadap orang lain
  3. Lingkungan
2.      Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut.
Beberapa aspek dari empati :
  1. Aspek mental
  2. Verbal
1)      Keakuratan
2)      Kejelasan
3)      Kealamiahan
4)      Mengecek
  1. Aspek Non Verbal
1)      Kehangatan, secara non verbal :
a)      Kondisi muka
b)      Kondisi postur / sikap
Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :
ü  Melihat sekeliling pada saat sedang berkomunikasi dengan orang lain.
ü  Mengetuk dengan jari
ü  Mundur tiba-tiba
ü  Tidak tersenyum
Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :
ü  Terburu-buru
ü  Emosi berlebihan
ü  Shock / terkejut
ü  Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi mengalihkan perhatian pada masalah kita sendiri.
2)      Kesejatian
3.      Respek/Hormat
a.       Perilaku respek dapa ditunjukkan dengan (Smith, 1992):
b.      Melihat ke arah klien
c.       Memberikan perhatian yang tidak terbagi
d.      Memelihara kontak mata
e.       Senyum pada saat yang tidak tepat
f.       Bergerak kearah klien
g.      Menentukan sapaan yang disukai
h.      Jabat tangan atau sentuhan yang lembut
4.      Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya.
Dimensi Tindakan
1.      Konfrontasi
tujuan konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaian pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku dan kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995).
dua bagian konfrontasi (smith (1992) dkutip Intan (2005)):
  1. Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif / merusak.
  2. Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang produktif dengan jelas konstruktif.
Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila :
a.       Tingkah lakunya tidak produktif
b.      Tingkah lakunya merusak
c.       Ketika melanggar hak kita/hak orang lain.
Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah :
a.       Tingkat hubungan saling percaya
b.      Waktu
c.       Tingkat stress klien
d.      Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau kedekatan
e.       Tingkat kemarahan klien dan tingkat toleransi klien mendengarkan persepsi orang lain.
Kategori konfrontasi menurut stuart dan Sundeen (1995) antara lain :
a.       Ketidaksesuaian antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan apa yang dia inginkan (ideal diri).
b.      Ketidaksesuaian antara ekspresi verbal dan perilaku.
c.       Ketidaksesuaian antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan pengalaman perawat tentang klien.
Level konfrontasi dalam hubungan terapeutik :
a.       Fase perkenalan : rendah
b.      Fase kerja : tinggi
c.       Fase terminasi : rendah
Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :
  1. Clarify : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
  2. Articulate : dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang jelas.
  3. Request (permintaan)
  4. Encourage : memberikan support, harapan, kepercayaan.
2.      Kesegaran
kesegaran mempunyai konotasi sebagai sensitivitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan  untuk mengatasi perasaan daripada mengacuhkannya. (stuart dan Sundeen, 1995)


3.      Membuka Diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan dan pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan.
a.       Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini          dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab.
b.      Empati
c.       Membuka diri
d.      Mengecek
4.      Emosional Katarsis
Kegiatan ini terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1995).
5.      Bermain Peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien ke dalam hubungan manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan Sundeen, 1995).
bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan dan umpan balik konstruktif dengan lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam (Schulz dan Videbeck, 1998)
Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen, 1995) :
ü  Mengidentifikasi masalah
ü  Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
ü  Menciptakan situasi
ü  Membuat karakter
ü  Penjelasan dan pemanasan
ü  Pelaksana memerankan
            suatu peran
ü  Berhenti
ü  Analisis dan diskusi
ü  evaluasi
Kebuntuan Terapeutik
Kebuntuan teraputik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dan klien dimana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat sendiri.
1.      Resistens
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005) :
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen, 1995).
a.       Supresi dan represi informasi yang terkait.
b.      Intensifikasi gejala
c.       c. Evaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan    tentang masa depan.
d.      Dorongan untuk sehat
e.       Hambatan intelektual
f.       Pembicaraan yang bersifat permukaan/dangkal
g.      penghayatan intelektual
h.      muak terhadap normalitas
i.        reaksi tranference
j.        perilaku amuk atau tidak rasional
2.      Transference
Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.
Reaksi transference Bermusuhan
Contoh :
Klien yang dirawat di rumah sakit karena dbd, tanpa sebab yang jelas klien marah-marah kepada perawat, setelah dikaji ternyata perawat mirip dengan mantan pacarnya yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference : Tergantung
Seorang klien dirawat oleh seorang perawat, perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat yang melakukannya.
3.      Kontertransference
kontertransference merupakan kebutuan terapeutik yang dibuat oleh perawat. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
beberapa bentuk kontertransference (Stuart dan Sundeen, dalam Intan, 2005) :
  1. Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area masalah tertentu.
  2. Menekan perasaan selama / sesudah sesi.
  3. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau melampau waktu yang telah ditentukan.
  4. Mengantuk selama sesi.
  5. Perasaan marah/tidak sabar karena ketidakinginan klien untuk berubah.
  6. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian / afeksi klien.
  7. Berdebat dengan klien.
  8. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal, tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan.
  9. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat, personal dan sosial.
  10. Melamunkan atau memikirkan klien.
  11. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
  12. Perasaan cemas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien.
  13. Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang, hanya pada satu aspek.
  14. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi kontertransference :
  1. Reaksi yangat mencintai “caring”
  2. Reaksi sangat bermusuhan
  3. Reaksi sangat cemas, seringkali digunakan sebagai resopons terhadap resistensi
5 cara mengidentifikasi terjadinya kontertransference  (Stuart G.W dalam Suryani, 2006).
  1. Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas apa yang diharapkan kepada kliennya.
  2. Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika klien menentang/mengeritik.
  3. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
  4. Ketika kontertransference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
  5. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi kontertransference, pengawasan secara inidividu maupun kelompok dapat lebih membantu.
4.      Bondary Violation
Batas hubungan perawat klien adalah bahwa hubungan yang dibina adalah hubungan terapeutik, dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang ditolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006)
Beberapa batas hubunga perawat dengan klien :
a.       Batas peran
b.      Batas waktu
c.       Batas tempat dan ruang
d.      Batas uang
e.       Batas pemberian hadiah dan pelayanan
f.       Batas pakaian
g.      Batas bahasa
h.      Batas pengungkapan diri secara personal
i.        Batas kontak fisik
Contoh bentuk pelanggaran batas, yaitu :
a.       Klien mangajak perawat makan siang / malam diluar.
b.      Klien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya.
c.       Perawat menerima pemberian hadiah dari bisnis klien.
d.      Perawat menghadiri acara-acara sosial.
e.       Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
f.       Perawat menjalankan bisnis dari klien.
g.      Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada klien.
h.      Hubungan profesional berubah menjadi hubungan personal


5.      Mengatasi kebuntuan terapeutik
a.       Perawat harus mengetahui pengetahuan         tentang kebuntuan terapeutik dan mengenali             perilaku tersebut.
b.      Klarifikasi dan refleksi perasaan
c.       Gali latar belakang perawat – klien
d.      Bertanggung jawab terhadap terapeutik dan dampak negatif proses terapeutik.
e.       Tinjau kembali hubungan, area kebutuhan      dan masalah klien.
f.       Bina kembali kerjasama Perawat-klien yang   konsisten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar