Senin, 21 November 2011

MODEL KEPERAWATAN MENURUT MEDELEINE LEININGER


MODEL KEPERAWATAN
MENURUT MEDELEINE LEININGER

Hamyani
Nuraini
Selly selviati
Surtini
Yuyun Yuniaty





Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Program Transfer RS Jantung Harapan Kita 2011
MODEL KEPERAWATAN
MENURUT MEDELEINE LEININGER

I.            BIOGRAFI
Madeleine Leininger lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari perempuan. Pada tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver.
II.            RIWAYAT PENDIDIKAN
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Madeleine Leininger merupakan seorang perawat professional pertama yang menyandang gelar Ph.D dibidang cultural dan social antrophology.
Adapun riwayat pendidikan dan karirnya adalah sebagai berikut :
§  Pada Tahun 1948, dia menyelesaikan sekolahnya di diploma keperawatan St ‘Anthony Denver.
§  Pada tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora dari Benedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha, Nebraska.
§  Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolic of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
§  Tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, yang di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.
§  Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama yang mendapat gelar Ph.D dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau dalam mencari penyelesaian masalah yang tidak cukup adekuat terhadap intervensi kejiwaan tradisional yang menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
§  Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of Colorado, dan untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalkan di dunia keperawatan.
§  Tahun 1969-1974, sebagai dekan, professor keperawatan dan dosen antropologi di University Of Washington school of Nursing.
§  Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
§  Tahun 1981, sebagai professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
Ø  Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.
Ø  The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
Ø  Gershenson’s Research Fellowship Award.
§  Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California State University.
§  Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatan transkultural.
Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi organisasi professional termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime Achievement Award untuk kualitatif metodologi.
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan. Magnificent Achievement.
III.            HAL-HAL YANG MELATARBELAKANGI LAHIRNYA KONSEP TEORI MEDELEINE LEININGER
Hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger antara lain di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan. Hal inilah yang mendorong beliau untuk menjadi seorang perawat.
Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak Cincinnati Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan masalah ini.
IV.            TEORI  MODEL KEPERAWATAN MENURUT MEDELEINE LEININGER
a.      Konsep Utama Teori Medeleine Leininger
Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan di berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia. Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal ini mengarah pada di kembangkannya teori-teori universalitas dan diversitas dalam asuhan kultural.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni humanistik yang dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada peningkatan,dan pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikasi fisik, psiko kultural dan social atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa” (Leininger,1984, hal 4-5).


Beberapa inti dari model teorinya adalah :
1.      Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2.      Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan, dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
3.      Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.
4.      Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan. Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.
Gambar model sunrise Leinenger tentang teori asuhan kultural diversitas dan universalitas (sumber : Leinenger MM, 1991,  Culture, care and universality, New York, National League for Nursing)
5.      Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan primer.
Kontribusi Leininger merupakan hal yang signifikan. Karena :
§  Topik yang dibahas yaitu tentang pengaruh budaya dan kebutuhan untuk memenuhi hal tersebut dalam rangka memberikan asuhan. Topik ini semakin bermakna dalam masyarakat multi-kultural yang modern, perawat perlu mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi pasien, atau klien dari berbagai kelompok etnik yang berbeda. Oleh karena itu Leininger menyebutnya dengan asuhan budaya atau etnonursing.
§  Leininger mengambil peran sentral dari asuhan di dalam keperawatan. Ia masuk kedalam kelompok keperawatan termasuk banner dan Watson yang menekankan pentingnya asuhan sebagai tujuan kemanusiaan dari keperawatan.

b.      Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan
1.      Manusia
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari individu.

2.      Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub sistem :
a)      Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis, layanan keperawatan, dan fisioterapi.
b)      Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan etnik, pengobatan alternative.

3.      Sehat dan sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda antar-budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan sakit.
4.      Keperawatan
Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai keperawatan transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan aspek-aspek sebagai berikut :
a)      Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik
b)      Keperawatan berpusat pada individu
c)      Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan, dan memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit, sambil mempertimbangkan perbedaan budaya.
Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :
a)      Preservasi Asuhan Kultural
Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan melibatkan penghargaan yang penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.
b)      Adaptasi Asuhan Kultural
Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan kultural melibatkan negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan.
c)      Rekonstruksi Asuhan Kultural
Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi mereka.
Dalam model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat dari Leininger sebagai bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leininger, bantuan tersebut baru benar – benar efektif jika latarbelakang budaya pasien dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

c.       Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan pendekatan dalam mempelajari ”care” karena metode ini secara langsung menyentuh bagaimana cara pandang, kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan secara benar. Pada tahun 1960-an, Leininger mengembangkan metode ethnonursing untuk mempelajari fenomena keperawatan secara spesifik dan sistematik.
Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi pelayanan keperawatan, nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang dikenal sebagai designated cultured ( atau cultural representatives) melalui bahasa lokal, pengalaman-pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan sistem value tentang fenomena keperawatan yang aktual dan potensial seperti kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.
Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata ”care” dan ”caring” untuk menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad, definisi dan penggunaannya seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk klise tanpa ada pengertian yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat itu sendiri. „walau demikian, konsep caring adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan dipelajari dari pada bidang ilmu pengetahuan dan area penelitian lainnya. Melalui definisi bahwa teori keperawatan transkultural dan ethnomethodes yang berfokus pada “emic” (insiders views) seseorang dapat semakin dekat pada pengertian ”care” itu sendiri, karena ethnomethodes bersumber pada people-centered data dan tidak berasal dari opini peneliti tersebut (outsiders views), kepercayaan dan prakteknya. Tujuan penting dari teori ini adalah bagaimana teori ini dapat mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan menjelaskan secara sistematis data dilapangan tentang fakta universal dan perbedaan yang ada terkait dengan pelayanan professional, pelayanan secara umum dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum teori keperwatan transkultural adalah untuk menentukan peoples emic terhadap ”care” sesuai dengan keyakinan dan praktek pelayanan dan mempelajari sumber pengetahuan ini menggunakan persfektif etika keperawatan. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.
Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :
1)      Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
2)      Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural.
3)      ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok sepanjang waktu.
4)      Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.
Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive yang sering muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi, perhatian utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai kosep ”care”, orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan individu, keluarga dan kelompoknya.
Jadi “care” menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar ”care” menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek keperawatan.
Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya beberapa hal yang didefinisikan :
1)      Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2)      Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
3)      Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
4)      Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meingkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
5)      Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu tertentu.
6)      Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
7)      Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan manusia.
8)      Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
9)      Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga cultures care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
d.      Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism
Holistic artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh/ holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan adalah manusia yang merupakan indivcidu yang utuh sehingga dengan asuhan keperawatan terhadap individu harus dilakukan secara menyeluruh dan holistic.
Pada asuhan holistic maupun menyeluruh individu diperlakukan secara utuh sebagai individu/ manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh berfokus memadukan berbagai praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu kesatuan asuhan. Sedangkan asuhan holistic berfokus pada memadukan sentiment kepedulian ( sentiment of care) dan praktek perawatan ke dalam hubungan personal-profesional antara perawat dan pasien yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan pasien sebagai individu yang utuh.
Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan individu/kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan menitikberatkan konsep terapi pada kondisi kultural klien.
e.       Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism
Filosofi (Watson 1979, 1989, 1988) mendefinisikan hasil dari aktifitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistic dari kehidupan. Tindakan keperawatan mengacu kepada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Intervensi keperawatan diberikan dengan proses perawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami prilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual maupun yang potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana cara berespon kepada orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman kepada dirinya sendiri. Selain itu perawat memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati kepada klien dan keluarganya, asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien (Watson, 1987).
Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan pelayanan kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu sebagai personal lengkap dengan fungsinya.
f.       Proses Asuhan Keperawatan Dengan Pendekatan Teori Keperawatan Menurut Medeleine Leininger
Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan transkultural adalah sebagai berikut:
       I.            Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.

    II.            Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)
Peran perawat pada transkultural nursing teori ini adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan professional melalui asuhan keperawatan.
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan pada klien (individu, kelompok, keluarga, komunitas, lembaga) dengan mempertimbangkan generic carring dan professional carring.
 III.            Tindakan keperawatan ( Implementasi)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip askep, yaitu :
a)      Culture care preservation/ maintenance
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
b)      Culture care accommodation/ negotiation
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.
c)      Culture care repatterning/ restructuring
Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.
 IV.            Evaluasi.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing carry health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.
    V.            KESIMPULAN
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.



 VI.            DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteran

           EGC, Jakarta.

Christensen Paula J. & Kenney Janet W (2009), Proses Keperawatan : Aplikasi  

            model konseptual edisi 4, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing
           practice in Canada. 1st Canadian Ed, Prentice Hall Health. Toronto.
Leahy, Julia M & Kizilay, Patricia E. (1998). Foundations of Nursing Practice :
          A Nursing Process Approach. 1st Ed, WB Saunders Company, Philadelphia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar